Sabtu, 30 April 2016

Tipologi Partai Politik menurut Richard Gunther dan Larry Diamond

Richard Gunther dan Larry Diamond, di dalam studinya tentang partai politik yang tertuang dalam bukunya Political Parties and Democracy memperkenalkan beberapa tipologi partai. Setidaknya ada 3 kriteria dalam melihat tipologi partai politik. Pertama, bentuk dasar organisasi. Kedua, orientasi programatik partai politik. Ketiga, strategi dan norma perilaku partai politik. Dari keseluruhan ketiga kriteria tersebut dapat digolongkan menjadi 5 tipologi partai, yaitu:
Buku Ricard dan Larry
1) Partai Elit
Partai elit meruapakan partai berbasis lokal, dengan sejumlah elit inti yang menjadi basis kekuatan partai. Partai elit mempunyai struktur organisasi utama yang minim dan bergantung pada terbentuknya elit-elit di dalam wilayah geografi tertentu serta sangat menghargai tradisi lokal. Partai elite terbagi menjadi dua, yaitu ketokohan lokal dan klientelistik. Partai elite ketokohan lokal mempunyai tujuan agar elit-elit tradisional sebisa mungkin bisa mewakili konstituennya yang rata-rata adalah masyarakat lokal. Struktur dan jaringan organisasi partai jenis ini sangat tergantung pada elit tradisionalnya.

Sedangkan partai elit klientilistik bertujuan untuk mempertahankan kepentingan kelompok dan status quo. Hubungan antara struktur bersifat hirarkis, dari lokal ke pimpinan-pimpinannya di nasional. Struktur dan jaringan organisasinya memiliki jaringan vertikal dan loyalitas antara pemilih dan pimpinan partainya, baik di tingkat lokal maupun nasional. Partai jenis ini memiliki basis sosial masyarakat pedesaan, lapisan kelas terbawah, yang pendidikannya relatif masih rendah, dan masyarakat imigran perkotaan.
2) Partai Massa
Partai massa mempunyai tiga karakteristik yaitu pluralis, protohegemonik, dan agama. Partai massa menurut sifatnya, terbagi menjadi dua, berbasis kelas dan berbasis nasionalis. Partai pluralis berbasis kelas mempunyai tujuan bahwa perubahan sosial adalah untuk kesejahteraan kelas pekerja. Strategi yang digunakan dalam memenangkan pemilu dengan cara memobilisasi kelas pekerja dan membangun politik identitas yang universal. Struktur dan jaringan organisasinya berbasis keanggotaan yang terkait dengan organisasi-organisasi buruh dan organisasi sosial lainnya. Basis sosial yang dimiliki adalah kaum buruh, pekerja pemerintahan dan kaum profesional.

Berbeda dengan partai massa pluralis yang berbasis kelasa, partai massa pluralis yang bersifat nasionalis tujuannya adalah untuk mempertahankan golongan masyarakat kebangsaan secara nasional. Partai ini struktur dan jaringan organisasinya berbasis keanggotaan dan terkait dengan ormas-ormas nasional. Karena basis sosialnya adalah kaum pekerja dan kaum menengah perkotaan.

Partai massa protehegemonik biasa disebut dengan istilah leninis dan ultranasionalis. Tujuannya adalah memperoleh dan menjalankan kekuasaan menurut ideologi yang dianutnya. Strategi yang digunakan dalam memperoleh suara dengan cara merekrut dan memobilisasi kader-kader dan anggotanya untuk pemilu parlemen dan ekstra parlementer. Stuktur organisasi dan jaringan yang dimiliki adalah keanggotaan yang ketat dan disiplin hirarkial atau komando, basis sosialnya adalah kaum pekerja dan nasionalis kanan.

Terakhir, partai massa yang berbasis agama. Partai massa berbasis agama ada dua macam sifat, ada yang bersifat denominational atau pluralis agama dan ada yang bersifat fundamentalis atau protohegemonik. Partai massa berbasis agama yang bersifat denominational bertujuan untuk mempertahankan kepentingan nilai-nilai keagamaan. Strateginya menggunakan isu-isu dan organisasi keagamaan dan mobilisasi berdasarkan ikatan keagamaan. Struktur organisasi dan jaringan kerjanya ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara dukungan partai dengan anggota komunitas keagamaan, dan seringkali dinyatakan secara eksplisit, memiliki basis sosial lintas kelas-kelas sosial dalam masyarakat, secara sosial bersifat religius dan konservatif.

Sedangkan partai massa yang berbasis agama dan bersifat fundamentalis atau protohegemonik tujuannya adalah menguasai dan mengelola negara berdasarkan prinsip atau doktrin agama. Strategi yang digunakan dengan cara memobilisasi pengikut agama dan membangun identitas politik keagamaan melalui doktin ajaran agama. Struktur organisasi dan jaringannya bersifat hirarkial. Basis sosialnya adalah masyarakat religius dan masyarakat menengah ke bawah.
3) Partai Etnis
Partai etnis berupaya memobilisasi pemilih dalam kelompok–kelompok etnis. Partai etnis memiliki derajad idiologi yang sangat rendah, komitmennya sangat pragmatis yaitu menjamin proteksi dan keuntungan materil, kultural dan politik untuk kelompok etnis di dalam kompetisi dengan kelompok lain. Umumnya partai etnis tidak memiliki keleluasan dan kerumitan organisasi. Partai etnis tidak memajukan sebuah program (apakah inkremental atau transformatif) untuk semua masyarakat. Tujuan mereka dan strateginya adalah untuk mempromosikan kepentingan-kepentingan kelompok etnis tertentu, atau koalisi kelompok.

Jika kelompok etnis adalah mayoritas, pihak etnis mungkin akan bertekad untuk membentuk sebuah pemerintahan secara sepihak, walaupun (seperti halnya di Sri Lanka) mungkin akan menghadapi pihak etnis saingan dan potensi buruk proses persaingan etnis. Jika tidak, pihak etnis tersedia untuk membentuk sebuah koalisi dengan partai-partai dari kelompok-kelompok etnis lain untuk mendistribusikan rampasan kekuasaan dan mengelola kompetisi. Tujuan utamanya adalah sering untuk memenangkan keuntungan material untuk kelompok etnis atau wilayah tersebut.
4) Partai Elektoral
Partai elektoral dibagi menjadi dua, catch-all party atau partai anak bangsa dan personalistik. Partai elektoral yang bersifat catch-all party bertujuan untuk memaksimalkan dukungan pemilu melalui pengakomodasian kepentingan masyarakat luas. Strategi dalam memperoleh suara melalui isu-isu yang luas dan pencitraan kandidat. Struktur organisasi difokuskan untuk kampanye dan pemenangan pemilu. Basis sosialnya adalah berbagai lapisan masyarakat.

Partai catch-all party memiliki karakteristik, yaitu: 
1) Nominasi kandidat sangat ditentukan oleh peluang di dalam pemilu yakni baik dari dukungan komite partai atau dukungan dari publik bukan berdasarkan lamanya pengabdian dan posisi fungsionaris di dalam partai.
2) Mobilisasi di dalam pemilu bukan berhadapan secara langsung dengan pendukung militan partai atau bergabung dengan beraliansi organisasi tertentu, namun kandidat berhadapan langsung dengan para pemilih melalui media massa terutama televisi.
3) Kampanye yang dilakukan oleh kandidat menyangkut isu-isu yang bersifat sementara bahkan bersifat mencari-cari kelemahan dari saingannya, dan tidak memiliki komitmen program dan ideologi yang jelas.
4) Dalam upaya mendapatkan dukungan suara yang maksimal, maka kandidat menghindari dari mempertahankan kepentingan dari kelompok tertentu secara spesifik di dalam kampanye pemilu dan menghindari keterikatan terhadap kelompok tertentu secara spesifik.
5) Karena tidak adanya komitmen yang jelas dari kandidat terhadap program yang ditawarkan, maka sangat bergantung pada kebijaksanaan sang kandidat di dalam menjalankan tugasnya ketika terpilih menjadi pejabat publik.
6) Partai memiliki jangkauan yang luas untuk membentuk atau bergabung di dalam pemerintahan, dengan lemahnya komitmen ideologi dan program partai maka akan memudahkan partai tetap di dalam koalisi pemerintah.
7) Rendahnya keterlibatan dan identifikasi warga terhadap partai menjadikan lemahnya potensi integrasi sosial.

Sedangkan partai elektoral personalistik mempunyai tujuan untuk mengambil alih kekuasaan dengan mengandalkan figur sentral partai. Strategi dalam memperoleh suara melalui pemunculan kharisma personal pemimpin partai. Struktur organisasi tersentralisir kepada pimpinan partai. Basis sosialnya adalah masyarakat lapisan bawah dan masyarakat yang memiliki kesamaan etnis dengan pimpinan partainya.

5) Partai Gerakan
Partai gerakan merupakan tipologi antara partai dan gerakan. Tipe partai gerakan ini ada yang bersifat kiri liberal dan ada yang bersifat ekstrim kanan. Partai gerakan kiri liberal mempunyai tujuan mengedepankan agenda-agenda postmaterialis diluar isu ekonomi. Melalui kombinasi partai dan gerakan melakukan gerakan protes dan melibatkan para pemili yang peduli dengan isu-isu yang ditawarkan misalnya isu lingkungan, isu nuklir, dan lainnya. Basis sosialnya adalah masyarakat yang berpendidikan tinggi. Keanggotaan partai jenis ini sangat terbuka, kepemimpinannya agak cair dan terdesentralisasi.

Sedangkan partai gerakan ekstrim kanan, akan mencapai tujuannya dengan cara mengedepankan isu-isu anti imigran. Untuk memperoleh suara partai ekstrim kanan mengunakan cara melalui program dan mencetak pemimpin yang kharismatik. Struktur organisasinya mempunyai ciri khas kepeimpinan yang kuat, namun secara organisasi agak lemah. Basis sosial dari partai ini adalah kaum konservatif tradisional dan kelompok-kelompok anti imigrasi.
luvne.com luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com.com